Sajak Rindu - janji kita untuk bertemu rindu


21 Desember

Aku bangun dari tidur panjangku, ingat akan janji kita untuk bertemu rindu

letih dan lelah dari tubuh belum sepenuhnya beranjak

Tapi hati yang begitu bersemangat tak sanggup badan menghambat

Kupacu sepeda motorku dengan perlahan

Ku tak ingin ketidak sabaran menghantarkan kepada pintu kemudharatan

Kumasuki gang kecil dibelakang bangunan besar

Hatiku berdebar karena sebentar lagi akan kulihat obat penawar

Lama tak kulihat senyum manis dari bibir nan indah itu

Sesaat saja sampai hari esok tiba

Malam terasa sangat panjang kala itu

Sepintas kupejamkan mata, masuk ke alam yang kita bisa melakukan apa saja

Semau kitaaa...

Terasa lama mata ini sudah terpejam, kubuka kembali melihat sang waktu

Hanya bergeser diantara jari tengah dan telunjuk

Ketidak sabaran ini membawaku menemani malam sampai datang sang fajar...

22 Desember

Kususuri jalan dibalik kabut embun pagi

Dingin merasuk tulang

Aku kembali ke lorong sempit tempat perjumpaan kita

Ku tunggu dengan hati yang sabar

Mataku berbinar melihat wanita bergamis hitam yang datang menghampiri

Engkau kah ituu kekasihkuu ?????

Kau sapa aku dengan senyuman cintamu

Luluh segenap jiwaku....

Perlahan kita belah jalan menuju tujuan

Embun pagi tersa begitu melekat pada diri

Aku malu meminta mu untuk menghangatkanku

Tapi aku lebih malu jika tak mampu menghangatkanmu
Berkendara di tepian lubuk dengan tanganmu diatas pahaku

Mengalir deras darahku, memompa lebih cepat jantungku

Kala kugenggam tanganmu menuju pelukan hangat kita

Aku tak menyangka engkau sudi memelukku

Ternyata kita bergumul dalam pelukan 

Kiri kanan kita lihat indahnya pemandangan

Dalam tawamu engkau rasakan kebahagiaan 

Lepas beban yang engkau tanggung di pundakmu

Melihat itu sajaa ingin aku teteskan air mata

Jalanan yang berupa pendakian terjal tak menghentikan kita menuju keindahan

Pelukanmu yang kian erat, memberiku gairah untuk kuat 

Hingga sampai kita kepada tempat berselimut kabut membawa hujan serta hawa dingin

Saat itu, tak lepas pandanganku dari dirimu, 

ada sedikit rasa kecewa, ada rasa bahagia, terpancar dari sudut matamu

Kecewa melihat hari yang tak begitu baik

Bahagia karena pergi dengan cinta

Dalam perhitunganku, serta pengetahuanku setelah kabut dan hujan, akan engkau jumpai keindahan alam

Pendakianpun dimulai...

Tanah yang basah disiram hujan menjadikannya licin sebagai pijakan

Namun dengan genggaman tangan, hilang rasa takut menghadapi jalan

Deru nafasmu yang kian kencang terdengar nyaring di telingaku

Tak tega aku melihatmu begitu

Tapi semangatmu ....... tak akan pernah aku jumpai di diri siapapun

Dengan keyakinanku, akan kuperlihatkan puncak kepadamu melihat indah ciptaan Tuhan

Engkau jatuh lalu bangkit, jatuh lagi, engkau bangkit lagi sungguh engkau wanita yang kuat

Sepuluh langkah menuju puncak, tenagamu sudah engkau kuras sedemikian rupa

Tak sanggup lagi kiranya untuk berjuang

Engkau tumpahkan airmata meminta kita untuk pulang

Hatiku yang merasa tak tega pun meng iyakan ucapanmu

Namun sebenarnya kita lupa, tak mesti perjuangan itu kita capai dengan tergesa

Kita punya waktu jeda sejenak untuk kembali mengumpulkan kekuatan

Di dalam ruang peristirahatan engkau katakan “aku sangat menyayangimu”

Berkecamuk perasaanku di dalam dada, ingin rasanya kupeluk erat tubuhmu dan kitumpahkan airmata

Akuu juga saangat cinta.

Tanpa kusadari bibir ini mengecup kepalamu

Tak hanya sekali, berulang kali

Mungkin hanya beberapa yang engkau sadari

Tak apa, agar kita tidak melangkah ke jalan yang lebih sakti

Lepas penat kita lanjutkan memburu lelah

Hingga kita sampai kepada puncak yang menghantarkan nikamat

Hijaaauuuuuu mata memandang

Savana rumput yang membentang

Jurang yang curam

Danau dibalik awan

Engkau saksikan dengan mata berbinar

Tak tahu dengan kata apa engaku gambarkan kebahagian

Hingga disetiap perjalanan engkau buktikan dengan rangkulan

Bercanda ria, mengabadikan , bermesra.an kita lakukan

Dalam kadar kewajaran dan kerinduan

Sampai detik ini, hangat tubuhmu yang memelukku

Tangan lembut yang aku genggam

Wangi aroma tubuhmu yang ku cium

Masih setia melekat di tubuh dan relung hatiku

Mengingat ingatnya...

Menetes airmataku

Terimakasih istrikuuuu 
Payakumbuh, 7 januari 2020

Sumber: Ahmad Muflih Hamdani
Postingan Lebih Baru Postingan Lebih Baru Postingan Lama Postingan Lama

Postingan lainnya

Komentar

Posting Komentar